Senin, 9 Oktober 2023. Bertempat di Ruang Serba Guna (RSG) Gedung A Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Acara dimulai pukul 08.00 hingga pukul 11.30, dengan tema utama Bedah Ortognatik. Kuliah tamu ini bertujuan memberi kesempatan mahasiswa kedokteran gigi untuk menggali wawasan dari pengalaman spesialis bedah ortognatik.
Materi pertama disampaikan oleh Dr. dr. Ervina Restiwulan Winoto, M.Kes., Sp.Ort(K). Tentang Hubungan antara gigi dengan genetik dan facial growth. Kemudian dijelaskan juga mengenai pergeseran gigi dikarenakan faktor-faktor internal maupun external seperti (tumor, penggunaan rahang terus menerus maupun kurang digunakan). Faktor lainnya adalah tentang pernikahan antar ras, meletakkan gigi di antara gigi, dan menghisap ibu jari serta kebiasaan bernafas.
Bedah ortognatik : tindakan pembedahan pada kelainan yang terjadi pada maksila, mandibula, atau keduanya. Tujuannya adalah untuk memperbaiki struktur rahang dan gigi yang tidak beraturan, namun akhir-akhir ini sering juga dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan nilai estetika atau penampilan seseorang. Indikasi : Diskrepansi skeletal kelas II atau III yang parah, deep bite, open bite anterior, masalah dento alveolar, dan situasi periodontal yang sangat lemah atau terganggu dan asimetri skeletal. Macam perawatan bedah ortognatik : Le Fort 1 Osteotomy, Anterior Maksila Osteotomy, Sagittal Split Ramus Osteotomy, Mandibular Body Osteotomy, Inverted L Ramus Osteotomy, Anterior Mandibular Osteotomies, dan Genioplasty.
Pembicara kedua adalah drg. Andra Rizquawan, Ph.D, Sp.BMM, Subsp. TMTMJ(K), FICS dengan topik Orthognathic Surgery. Dalam materinya dijelaskan mengapa operasi dapat dilakukan untuk memperbaiki wajah tetapi tidak menimbulkan bekas ? karena semua tindakan dilakukan intra oral. Tujuan dari Orthognathic Surgery adalah untuk mengoreksi fungsi dan estetik deformitas dentofasial berat melalui kombinasi ortodonsi, pembedahan dan kedokteran gigi restorative. Alasan utama pasien melakukan tindakan ini adalah masalah estetik dental, koreksi oklusi, koreksi fungsi pernafasan, mengatasi masalah artikulasi, dan peningkatan kualitas hidup. Kontraindikasi : tidak boleh pada fase pertumbuhan, maloklusi ringan, pasien dengan sindrom dismorfik. Keuntungan : estetik, psikologis (90% pasien puas dengan hasil bedah), bicara dan makan dengan normal. Kerugian : risiko pembedahan, relapse, hasil tidak memuaskan untuk pasien, ahli bedah terbatas, dan biaya. Diagnosis and Assessment : usia pasien, keluhan pasien, motivasi dan ekspektasi, status psikologis, riwayat medis, dan dental. Langkah2 bedah : diagnosis dan rencana perawatan, perawatan ortodonsi pra pembedahan, pembedahan ortognatik, perawatan ortodonti pasca pembedahan. Resiko dan komplikasi : dekalsifikasi enamel, deformitas bundle neurovaskuler, kehilangan suplai darah ke regio maksila, mal/non union, plate expose, relapse.
Dimulai sesi tanya jawab, pertanyaan pertama diawali dengan pertanyaan bagaimana cara mencegah relaps pasca operasi ? dijawab dengan jawaban relapse tidak terjadi pada semua orang , biasanya terjadi karena tarikan otot. Relapse yang terjadi tidak kembali ke posisi semula, tetapi pergeseran sedikit hitungan mili. Cara mencegahnya yaitu selama proses pemakaian alat akan dilepas setelah 6 bulan dan dilakukan observasi.
Pertanyaan lain mengenai apakah ada usia maksimum operasi ortognatik ? dijawab oleh drg. Andra, memang minimal 17 tahun atau 18 tahun, jadi ketika pasien tidak ada komorbid dan lain sebagainya masih bisa dilakukan operasi ortognatik. Kalau operasi ringan punya banyak komorbid harus menimbang resikonya, karena jika memiliki diabet memiliki resiko tinggi terkena infeksi.
Acara ditutup dengan sebuah penyerahan sertifikat oleh panitia kepada kedua pembicara spesial dan dilanjutkan dengan foto bersama.