Penyuluhan awam dengan tema “Kontrol Nyeri Untuk Kualitas Hidup Lebih Baik” oleh KSM Neurologi FK UNDIP-RSUP Dr. Kariadi Semarang dalam rangka memperingati Pain Awareness Month 2022

oleh | Sep 7, 2022 | Berita

NEUROLOGI, SEMARANG – Nyeri adalah istilah umum yang menggambarkan sensasi yang tidak nyaman di tubuh akibat kerusakan jaringan yang aktual maupun berpotensi merusak. Pengalaman rasa nyeri yang dirasakan oleh satu orang dapat berbeda secara signifikan pada orang lain. Rasa nyeri dapat mempengaruhi aktivitas sehari-hari dalam beraktivitas fisik atau sekedar menikmati hidup.

KSM Neurologi FK UNDIP-RSUP Dr. Kariadi Semarang mengadakan penyuluhan awam dengan tema “Kontrol Nyeri Untuk Kualitas Hidup Lebih Baik” oleh dalam rangka memperingati Pain Awareness Month 2022. Pemateri pada penyuluhan ini dibawakan oleh Dr. Suryadi, Sp.S(K), MSi.Med.

Nyeri berkembang sebagai mekanisme pertahanan untuk melindungi tubuh. Tanpa adanya rasa nyeri, seseorang tidak dapat menghindari cedera berulang atau kerusakan permanen pada tubuh. Bila tidak diobati dan dikurangi secara efektif, nyeri dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang. Dampak negatif ini dapat menjangkau segala kalangan usia pada setiap jenis nyeri dan sumber rasa nyeri.

Nyeri akut muncul sebagai respon tubuh yang sedang mengalami kerusakan secara mendadak dan berlangsung cukup singkat. Nyeri dapat menghilang setelah penyebabnya disembuhkan. Awalnya, nyeri akut menimbulkan rasa sakit yang sangat tajam dan berkurang intensitasnya seiring dengan berjalannya waktu. Seringkali nyeri diabaikan dan tidak segera mencari penyebabnya, sehingga menjadi nyeri kronik. Jika berlangsung lebih dari 3-6 bulan dan resisten terhadap pengobatan, sudah tergolong nyeri kronik. Nyeri kronik berlangsung bersamaan dengan penyakit yang menetap, seperti arthritis. Nyeri dapat berupa hilang timbul atau terus menerus. Hal ini dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang.

Proses terjadinya nyeri dibagi menjadi nyeri neuropatik, nyeri nosiseptif, dan nyeri psikogenik. Nyeri neuropatik terjadi akibat serabut saraf yang cedera atau mengalami gangguan fungsi. Rasa nyeri timbul akibat respon saraf yang menerima rasa nyeri, baik dari dalam maupun dari luar tubuh lalu membawa sensasi tersebut ke dalam otak. Nyeri saraf tidak selalu disertai nyeri yang hebat, namun hampir selalu disertai tingkat kepekaan nyeri yang tidak normal berupa ketidaknyamanan terus menerus hingga nyeri yang tidak tertahankan. Nyeri ini dapat berupa nyeri tertusuk, mati rasa, rangsangan ringan mencetuskan rasa nyeri, kesemutan menjalar. Selain akibat kerusakan saraf tepi, kerusakan dan cedera pada otak dan sumsum tulang belakang juga menyebabkan nyeri saraf.

Nyeri nosiseptif terjadi akibat cedera pada bagian jaringan tubuh kulit, otot, sendi, dan organ dalam. Nyeri ini terbagi menjadi nyeri visceral dan nyeri somatik. Nyeri visceral dapat menimbulkan sensasi nyeri tertekan, nyeri tajam, cenderung samar-samar, dan sulit terlokalisasi. Nyeri ini disebabkan oleh gangguan organ dalam, seperti usus buntu, batu ginjal, dan gangguan pencernaan lainnya. Nyeri somatik dapat menimbulkan sensasi nyeri tertusuk, nyeri tajam, dan nyeri mudah untuk ditunjuk. Nyeri ini disebabkan oleh gangguan kulit, otot, dan sendi, seperti patah tulang, luka lecet pada kulit, radang sendi, dan cedera otot.

Nyeri psikogenik terjadi akibat pengaruh faktor psikologis. Beberapa jenis gangguan jiwa atau emosional dapat menyebabkan, menambah atau memperpanjang rasa sakit. Seseorang dengan nyeri psikogenik mungkin mengeluhkan nyeri yang tidak sesuai dengan gejalanya.

Penanganan nyeri tubuh berbeda secara luas karena semua faktor terlibat dalam pengalaman nyeri individu dan banyak penyebabnya. Melalui pendekatan beberapa aspek: gejala, keluhan, tanda -tanda yang ditemukan disertai hasil penunjang diharapkan dapat menentukan penyakit yang mendasari keluhan suatu nyeri. Dengan demikian pengobatan yang tepat dapat diberikan.

Berita Terkait