SEMARANG – Dosen Program Studi Kedokteran Fisik & Rehabilitasi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, dr. Tanti Ajoe Kesoema, Sp.KFR(K), M.Si.Med., dilantik sebagai Ketua Kolegium Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Indonesia oleh Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin pada 14 Oktober 2024. dr. Tanti merasa sangat terhormat diberi kepercayaan lebih oleh Menkes. Ia menegaskan siap bekerja dengan semua pihak untuk membawa Kolegium Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Indonesia ke arah yang lebih baik, lebih maju, dan lebih bermanfaat bagi masyarakat.
“Jabatan ini sangat berarti bagi saya, baik secara pribadi maupun profesional. Ini adalah bentuk kepercayaan atas perjalanan saya di bidang Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi, sekaligus amanah untuk terus berkontribusi lebih luas,” ujarnya kepada FK UNDIP baru-baru ini.
dr. Tanti melihat hal ini sebagai kesempatan untuk mendorong perubahan positif dan mendukung kemajuan profesi Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi. Ia bertekad menjadikan kolegium sebagai pusat pendidikan dan kompetensi dokter spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi yang unggul, adaptif, dan berdaya saing global. Di sisi lain, ia membawa misi untuk memperkuat kurikulum, meningkatkan kolaborasi antarinstitusi, serta memastikan kualitas dan pemerataan layanan rehabilitasi di seluruh Indonesia.
Mengemban jabatan sebagai Ketua Kolegium Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Indonesia bukan hal yang gampang. Ada berbagai tantangan yang menanti dr. Tanti di depan. Akademisi FK UNDIP ini menyoroti kesenjangan akses dan pemahaman masyarakat terhadap layanan rehabilitasi, terutama di daerah-daerah terpencil.
“Selain itu, perkembangan teknologi dan kebutuhan multidisiplin menuntut tenaga profesional yang terus belajar dan beradaptasi,” ujarnya.
Kolegium memegang peran strategis dalam menjawab berbagai tantangan di bidang ini. Peran tersebut mencakup penguatan pendidikan dan pelatihan, mendorong inovasi layanan, serta membangun jejaring nasional yang mendukung pemerataan akses bagi seluruh lapisan masyarakat. Upaya ini menjadi bagian dari komitmen untuk memastikan bahwa rehabilitasi tidak dipandang sekadar layanan tambahan, melainkan elemen penting dalam sistem kesehatan yang inklusif, berkeadilan, dan berkelanjutan.
Dalam pandangannya, kolegium memiliki peran strategis sebagai mitra penting dalam mendukung transformasi sistem kesehatan nasional, khususnya di bidang kedokteran fisik dan rehabilitasi. Peran tersebut tidak hanya menjaga standar pendidikan dan kompetensi tenaga medis, tetapi juga mendorong integrasi layanan rehabilitasi ke dalam sistem kesehatan yang lebih promotif, preventif, dan berorientasi pada kualitas hidup pasien. Melalui penguatan kurikulum, kolaborasi lintas sektor, dan advokasi kebijakan, kolegium diharapkan menjadi motor perubahan yang memastikan kedokteran fisik dan rehabilitasi (KFR) menempati posisi strategis—bukan di pinggir, tetapi di pusat pelayanan kesehatan yang holistik dan berkelanjutan.
Sebagai bagian dari Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, ia menilai FK UNDIP telah memberikan kontribusi besar dalam pengembangan kedokteran fisik dan rehabilitasi.
“Ke depannya, FK UNDIP diharapkan terus menjadi pionir dalam inovasi dan pengembangan ilmu KFR, serta memperluas dampaknya bagi masyarakat. Dengan semangat sinergi dan komitmen bersama, FK UNDIP diyakini mampu menjadi pusat unggulan di tingkat nasional bahkan internasional,” jelasnya.
Kepada mahasiswa dan tenaga medis muda, ia berpesan bahwa bidang kedokteran fisik dan rehabilitasi adalah ladang pengabdian yang mulia. Bidang ini tidak hanya berfokus pada penyembuhan, tetapi juga membantu pasien mendapatkan kembali kualitas hidupnya. Ia mendorong generasi muda untuk tidak ragu terjun dan berkontribusi, terus belajar, terbuka pada inovasi, serta menanamkan empati dalam setiap langkah.
“Masa depan bidang ini ada di tangan kalian, dan dengan semangat serta dedikasi, kalian bisa membawa perubahan besar bagi masyarakat dan bangsa,” pungkasnya.(*)