FK UNDIP – Future Foods Congress 2025 diselenggarakan di Singapura pada 16–18 Juni 2025 dengan tema “Bridging the Future of Sustainability and Food Science”. Forum ini mempertemukan akademisi dan peneliti dari berbagai negara untuk membahas inovasi sistem pangan berkelanjutan. Pada hari ketiga, Nina Resti, S.Gz., M.Gz., mahasiswa Program Doktor Ilmu Kedokteran dan Kesehatan FK UNDIP, mempresentasikan karya ilmiahnya dalam sesi poster lisan berjudul “Innovative High-Protein Dry Noodles from Sago Flour and Nile Tilapia as a Localized Solution to Combat Stunting in Indonesian Children.” Topik ini menarik perhatian berbagai pihak, termasuk peneliti dari Australia, Ghana, Singapura, Thailand, dan Arab Saudi.
Di bawah bimbingan promotor Prof. Dr. Diana Nur Afifah serta co-promotor Ahmad Syauqy, S.Gz., MPH., PhD dan Gemala Anjani, SP., M.Si., PhD, Nina menyoroti potensi mie tinggi protein berbasis pangan lokal sebagai solusi untuk masalah stunting anak di Indonesia. Partisipasi ini memperluas jejaring riset internasional dan memperkuat komitmen UNDIP dalam mendukung inovasi pangan lokal untuk ketahanan gizi dan pembangunan berkelanjutan.
Produk inovatif bernama “Sagurimi” mie kering tinggi protein berbahan sagu dan ikan nila (Oreochromis niloticus) dikembangkan sebagai solusi atas masalah stunting yang masih tinggi di Indonesia. Data menunjukkan bahwa 24,4% anak balita Indonesia masih mengalami stunting pada 2021 (SSGI, 2021), dengan dampak jangka panjang terhadap pertumbuhan fisik, kognitif, dan kualitas hidup.

Caption foto: Nina Resti, S.Gz., M.Gz., mahasiswa Program Doktor Ilmu Kedokteran dan Kesehatan FK UNDIP, mempresentasikan karya ilmiahnya terkait inovasi mie kering tinggi protein berbasis sagu & ikan nila di acara Future Foods Congress 2025 di Singapura.
Protein berkualitas tinggi, khususnya yang mengandung asam amino esensial seperti lisin, leusin, arginin, dan histidin, sangat penting untuk mendukung pertumbuhan tulang, pembentukan otot, serta regenerasi jaringan. Sayangnya, akses terhadap sumber protein hewani masih terbatas di banyak wilayah Indonesia, terutama bagi masyarakat dengan daya beli rendah. Menjawab tantangan tersebut, dikembangkanlah “Sagurimi” mie kering renyah yang tidak hanya disukai anak-anak, tetapi juga kaya nutrisi.
Jika dibandingkan dengan mie kering komersial yang umumnya hanya mengandung sekitar 1 gram protein per sajian, Sagurimi mampu menyediakan hingga 8 gram protein. Kandungan asam amino esensialnya telah dianalisis menggunakan metode High Performance Liquid Chromatography (HPLC), dan hasil terbaik diperoleh dari formulasi dengan 60% tepung ikan. Perpaduan antara cita rasa yang gurih dan nilai gizi yang tinggi menjadikan Sagurimi sebagai pilihan potensial untuk makanan tambahan (PMT) ringan bagi anak-anak, khususnya dalam upaya pencegahan dan penanggulangan stunting.
Tantangan utama dalam pengembangan produk ini terletak pada pencarian rasio formulasi yang tepat, agar tekstur mie tetap renyah namun kandungan gizinya tidak berkurang. Formulasi awal menghasilkan tekstur yang terlalu keras, kemudian terlalu lunak, hingga akhirnya ditemukan komposisi ideal yang sesuai dengan preferensi anak-anak. Respons dari komunitas ilmiah pun sangat positif banyak peneliti mendorong agar inovasi ini dilanjutkan ke tahap intervensi. Saat ini, penelitian intervensi sedang dirancang untuk mengamati perubahan kadar hormon IGF-1 dan osteokalsin pada anak-anak stunting, yang telah didukung melalui pendanaan skema Pendidikan Magister menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU).(*)